“Peringatan hari Pahlawan tahun ini menjadi agak Istimewa, karena bertepatan dengan ditetapkannya salah seorang putra terbaik bangsa yang berasal dari Nusa Tenggara Barat khususnya Kabupaten Lombok Timur yaitu Almagfurullah Maulana Syaikh TGKH. Muhammad Zainuddin Abdul Majid menjadi Pahlawan Nasional.” Demikian dikatakan oleh Bp. M. Rosyidi, S.Pd. selaku Pembina upacara, dalam kegiatan upacara memperingati hari Pahlawan yang dilaksanakan di SMP Negeri 1 Terara Kabupaten Lombok Timur Provinsi Nusa Tenggara Barat, Jum’at 10 November 2017.
Dikutip dari situs LOMBOKPOST.NET Almaghfurullah TGKH Muhammad Zainuddin Abdul Madjid resmi dianugerahi gelar Pahlawan Nasional oleh Presiden Joko Widodo. Gelar tersebut diterima ahli waris Hj Siti Rauhun, didampingi Hj Siti Raihanun, di Istana Negara, Kamis, 9 November 2017.
Pemberian gelar tersebut bersamaan dengan tiga pahlawan nasional lainnya, yakni Laksamana Malahayati dari Aceh, Sultan Mahmud Riayat Syah dari Kepulauan Riau, dan Lafran Pane dari Daerah Istimewa Yogyakarta. Dengan pemberian gelar tersebut, Almaghfurullah Maulanasyeikh menjadi Pahlawan Nasional pertama dari Bumi Gora.
Pemberian gelar tersebut bersamaan dengan tiga pahlawan nasional lainnya, yakni Laksamana Malahayati dari Aceh, Sultan Mahmud Riayat Syah dari Kepulauan Riau, dan Lafran Pane dari Daerah Istimewa Yogyakarta. Dengan pemberian gelar tersebut, Almaghfurullah Maulanasyeikh menjadi Pahlawan Nasional pertama dari Bumi Gora.
Upacara yang diikuti oleh lebih dari seribu orang siswa, guru dan pegawai di lingkungan SMP Negeri 1 Terara berlangsung dalam suasana spesial. Para siswa baik yang berperan sebagai peserta maupun petugas upacara tidak menggunakan pakaian seragam sekolah seperti biasanya, tetapi menggunakan pakaian yang bernuansa perjuangan. Ada yang menggunakan pakaian tentara, polisi, perawat, pakaian adat, dan sebagainya.
Menurut Kepala SMP Negeri 1 Terara, Drs. H. Kedan, M.Pd. bahwa memang sudah menjadi tradisi di SMPN 1 Terara, dalam memperingati setiap hari besar nasional maupun hari besar keagamaan selalu diupayakan memberi nuansa spesial agar para siswa dapat lebih menghayati makna dari masing-masing momen tersebut. Pemberian nuansa spesial itu antara lain dengan menggunakan pakaian-pakaian khas, misalnya pada peringatan hari Kartini, para siswi dianjurkan menggunkan busana ala kartini, peringatan hari Proklamasi, hari Pahlawan, menggunakan pakaian bernuansa perjuangan dan peringatan hari-hari besar Islam menggunakan busana Islami.
Akan tetapi dalam penerapan penggunaan busana khas tersebut dihimbau kepada semua siswa untuk tidak terlalu berlebihan dan tampil apa adanya. Pengalaman sebelumnya karena semua siswa terutama siswa putri ingin tampil maksimal, membuat mereka rela antri di salon-salon kecantikan. Akibatnya banyak dari mereka yang terlambat datang, bahkan ada yang datang ketika upacara sedang berlangsung.
Terlepas dari itu semua upacara memperingati hari Pahlawan kali ini berlangsung hidmat dan tertib, para petugas upacara menjalankan tugasnya dengan maksimal. Bahkan M. Rasyidi, S.Pd. selaku pembina upacara memberikan nilai 90 untuk penampilan mereka. (*)